Produktivitas Rendah Jadi Biang Kerok Ekonomi RI Mentok 5 Persen

Kementerian PPN/Bappenas mengklaim pertumbuhan ekonomi stagnan di level 5 persen pada 2015-2019 karena produktivitas di RI turun. Hal ini berbanding terbalik dengan situasi saat 1999-2008 lalu.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pertumbuhan ekonomi RI pada 1999-2008 cukup tinggi. Hal ini karena produktivitas juga tinggi.

“Dibandingkan dengan periode 1999-2008, pertumbuhan ekonomi tinggi karena pertumbuhan produktivitas tinggi,” ungkap Amalia dalam Kick Off Meeting Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023, Kamis (17/2).

Penurunan produktivitas ini, sambung Amalia, terjadi jauh sebelum covid-19 menghantam Indonesia. Dengan demikian, ini menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar pertumbuhan ekonomi bisa kembali tumbuh signifikan.

“2010 sampai 2011 ekonomi turun, produktivitas turun, jadi pertumbuhan ekonomi 2015 sampai 2019 stagnan di 5 persen,” ujar Amalia.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi RI pada awal 2000-an masih di level 3 persen. Namun, angkanya terus naik hingga sempat tembus 6 persen pada 2007 hingga 2012.

Setelah itu, ekonomi RI turun ke level 4 persen-5 persen sampai sekarang. Bahkan, ekonomi domestik sempat minus karena pandemi covid-19 pada 2020 hingga kuartal I 2021.

Sementara, ekonomi RI tumbuh 3,69 persen sepanjang 2021. Realisasi tersebut lebih rendah dari ekspektasi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mencapai 4 persen.

Tahun ini, DPR dan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,2 persen. Lalu, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,9 persen pada 2023.

Related posts