Beda IDI dan Pemerintah Sikapi Kematian Covid

Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban meminta semua pihak tak menganggap remeh jumlah kematian akibat terpapar Covid-19 di masa gelombang varian Omicron.

“Jangan menormalkan jumlah kematian ini kemudian dibandingkan dengan jumlah populasi Indonesia. Tidak ada satu pun kematian yang baik-baik saja,” kata dia, melalui cuitan di akun twitter pribadinya @ProfesorZubairi, Selasa (15/2) kemarin. CNNIndonesia.com telah diberi izin mengutip unggahan tersebut.

Menurutnya, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia belum aman. Penambahan kasus Covid-19 menurutnya masih tinggi dan belum sampai pada puncak kasus.

Apalagi pemerintah telah mencatat jumlah penambahan kasus harian warga yang positif terinfeksi virus corona bertambah 57.049 kasus pada 15 Februari kemarin. Jumlah itu terhitung merupakan rekor tertinggi sejak kasus Covid-19 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada 2 Maret 2020.

“Situasi Indonesia beda dari Inggris dan Amerika. Kita ini belum capai puncak dan belum landai. Jadi belum waktunya berdamai dengan Covid-19, apalagi lepas masker. Kalau ‘musuh’ mulai mundur, pertahanan (booster) kita sudah kuat, baru kita pikirkan untuk berdamai dengan mereka,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, kasus kematian Covid-19 di Indonesia pada gelombang Omicron ini jauh lebih rendah dibandingkan kasus kematian pada gelombang kedua akibat serangan varian Delta Juni-Juli 2021 lalu.

Luhut mengatakan mayoritas kasus kematian Covid-19 di Indonesia disumbang oleh tiga golongan. Yang pertama, warga lanjut usia. Kedua, mereka yang belum menerima vaksin sama sekali atau baru satu dosis. Dan ketiga, mereka yang memiliki riwayat penyakit penyerta alias komorbid.

“Teman-teman media jangan memberikan angka [kematian Covid-19] ratusan, sepertinya sudah besar sekali. Tidak ada kekhawatiran, Anda bisa lihat Rumah Sakit juga tidak ada khawatir berlebihan,” kata Luhut.

Oleh karena itu, Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) itu memberikan lampu hijau bagi sejumlah golongan masyarakat untuk melakukan mobilitas di fasilitas umum tanpa kekhawatiran di tengah pandemi virus corona di Indonesia.

Luhut menyebut warga yang ‘bebas’ menjalani aktivitas di tempat umum meliputi mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta atau komorbid, dan sudah mendapatkan proteksi tambahan lewat vaksinasi Covid-19.

“Kalau memang dia sudah vaksin, sudah dua kali, sudah booster, tidak ada komorbid ya jalan-jalan saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan,” ujarnya.

Senada, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi meminta warga untuk tidak terlalu panik, baik terhadap lonjakan kasus Covid-19 maupun kematian. Namun ia juga tetap meminta warga waspada terkait penularan varian Omicron di masyarakat.

Ia menyebut, apabila lonjakan konfirmasi kasus Covid-19 naik, maka otomatis jumlah kematian akan ikut bertambah. Namun ia mengingatkan, gelombang tiga kali ini tidak banyak menyebabkan warga mengalami perburukan gejala hingga meninggal dunia, berbeda dengan gelombang dua akibat varian Delta pad Juli 2021 lalu.

“Kematian sekarang memang naik karena kemarin kita sempat melihat kasus kita 10-20 per hari. Tapi ingat, waktu Delta kasus kematian kita 2 ribu per hari, kalau sekarang naik 50 itu sebenarnya walau terjadi kenaikan signifikan, tapi sebenarnya jumlah kematian jauh lebih kecil dari Delta,” ujar Nadia.

Related posts