Cerita Ibu di Ukraina Siap Angkat Senjata Lawan Rusia

Seorang ibu asal Ukraina, Mariana Zhaglo, bersumpah berani mengangkat senjatanya untuk melawan Rusia bila invasi benar-benar terjadi.

Zhaglo bersikeras akan berjuang membela negaranya di tengah rumor invasi Rusia yang terus meluas ke negara itu.

“Kami tidak menunggu mereka tiba, kami siap memberikan sambutan yang bakal mereka ingat,” kata Zhanglo.

Zhanglo saat ini Zhanglo bekerja di bidang pemasaran dan menikahi perwira tentara. Saat ini, Zhanglo memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki.

“Saya tidak sendiri. Banyak wanita seperti saya di Ukraina. Tidak ada pria yang bisa melakukan apa yang dilakukan perempuan untuk melindungi keluarganya, anaknya. Perempuan memiliki kekuatan tangguh,” lanjutnya, dikutip dari AFP.

Zhanglo bercerita membeli senapan berburu Zbroyar Z-15 Ukraina dan berbagai peralatan tempur lainnya setahun lalu.

Zhanglo mengatakan, ia menghabiskan uang $2.000 (Rp28 juta) sampai $3.000 (Rp43 juta) untuk membeli peralatan tersebut.

“Peralatan teleskopik, dudukan, moderator suara,” ujar Zhanglo.

Zhanglo bahkan mendaftarkan diri sebagai tentara cadangan Ukraina sejak dua tahun lalu dan telah menjalani latihan penembak jitu.

Zhaglo juga telah menyiapkan ransel militernya seandainya ia dipanggil untuk berperang. Ransel itu berisi seragam, helm, jaket anti-peluru, sarung tangan, dan pelindung lutut.

Zhaglo mengatakan, ia melakukan latihan tembak secara teratur dengan beberapa tentara cadangan lain. Mereka juga berlatih melakukan patroli dan penyergapan.

“Jika tidak ada perang, saya tidak pernah berpikir akan terlibat dengan peralatan militer ini,” ujar Zhanglo seperti dikutip AFP.

Meski demikian, Zhaglo berharap perang masih bisa dihindari.

“Saya tidak ingin membunuh orang, saya hanya ingin membela rumah saya,” tuturnya.

Selain Zhanglo, sekitar 130 ribu warga sipil Ukraina juga bersiap menjadi tentara cadangan negaranya di tengah peningkatan ancaman Rusia.

Lebih dari 100 ribu warga sipil itu bergabung dalam pasukan Pertahanan Teritorial yang baru saja dibentuk pemerintah pada awal tahun ini, setelah Rusia menyiagakan ratusan ribu tentara di sepanjang perbatasan kedua negara.

Di hari biasa, para warga sipil itu masih bekerja sesuai profesi masing-masing. Namun pada akhir pekan, mereka berlatih angkat senjata.

Selama hampir delapan tahun, Rusia dan Ukraina terus berkonflik akibat pencaplokan Semenanjung Crimea pada 2014 lalu. Namun, tensi antara kedua negara itu semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Ukraina dan beberapa negara Barat menuduh Rusia bakal melakukan invasi ke Ukraina, mengingat Kremlin diduga telah mengirimkan lebih dari 100 ribu pasukan mereka ke perbatasan negara pecahan Uni Soviet itu.

Dilansir dari laman: cnnindonesia.com

Related posts